Pelajaran Dari Amoeba



Amoeba, ukurannya yang amat kecil menjadikan kita tak mampu melihatnya dengan mata telanjang. Ia adalah organisme satu sel dengan ukuran tubuh 700-800 mikron. Dalam ilmu biologi, Amoeba termasuk protozoa, organisme hewan tingkat paling rendah.

Karena hanya bersel satu, namun Amoeba memiliki seluruh fungsi makhlup hidup. Ia bergerak, makan dan mencerna makanan, serta berkembang biak. Semuanya dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bagaimana sebuah sel tanpa otak mampu mengatur dirinya?

Amoeba tidak memiliki bentuk yang tetap. Ia tidak memiliki rangka. Tubuhnya hanya dibatasi oleh lapisan membran tipis. Ia bergerak dengan cara memanjangkan salah satu bagian tubuhnya, dan memendekan bagian tubuh yang lain. Dengan cara ini, ia mendekati makanan dan menghisapnya menggunakan mulutnya. Mencernanya dalam vakuola, lalu membuang sisah makanan yang tak dibutuhkannya. Saat energi disimpan telah mencukupi, ia pun siap untuk berkembang biak. Amoeba akan membelah dirinya sendiri menajadi dua bagian yang sama, dan masing-masing bagiannya akan tumbuh menjadi Amoeba yang baru.

Bagaimana sebuah sel mampu memilih makanan yang cocok untuk dirinya dan membuang sisah makanan yang tak dibutuhkannya? Lalu bagaimana Amoeba bisa berpikir untuk membelah dirinya menjadi dua bagian, lalu masing-masing bagian tubuh menjadi dua organisme Amoeba yang sama?
Tentu karena Amoeba telah diciptakan sedemikian rupa, sehingga ia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh penciptanya, Allah ‘azzawajalla.

Bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Craig J. Venter, pakar genetika dan CEO Syntethic Genomics dari Amerika yang mengklaim telah berhasil menciptakan synthetic lif-form. Namu, untuk menciptakan organisme bersel tunggal yang memiliki gen berjumlah paling sedikit dan sekedar cukup untuk melangsungkan kehidupan, ia tidak membangun dari awal.

Semestinya, sesuai teori Generatio spontaneae yang diyakininya, ia harus membuatnya dari benda-benda tak hidup, dari senyawa-senyawa dasar yang ada dialam. Namun yang dilakukan adalah mengambil gen sejenis bakteri, lalu menambahkan kedalam bakteri tersebut apa yang disebutnya sebagai gen sintesis. Hasilnya ia namakan sebagai Synthia.

Jika saja Synthia disebut organisme ciptaan manusia, maka ia bukanlah organisme yang muncul begitu saja. Ia adalah hsil dari rancangan para ilmuan. Dan kini bertentangan dengan teori yang mereka yakini, bahwa makhluk hidup dapat muncul dengan sendirinya, bukan diciptakan.

“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah oleh perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.” (QS. Al-Hajj:73)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kode cahaya Kunang-kunang

Kerumitan Ekor Cambuk Bakteri